Apa yang
istimewanya perpisahan ini sampaikan terlalu banyak orang bercakap tentangnya?
Di mana lebihnya perpisahan ini sehingga banyak airmata gugur kerananya?Bukankah
pertama kali kita dipertemukan oleh Allah swt, kita telah tahu kita akan
berpisah? Bahkan sebelum bertemu lagi kita sudah tahu akan fitrah ini. Tapi
mengapa?Mari semua. Mari bayang wajah-wajah orang-orang yang paling kita sayang
dan cinta. Senaikan nama-nama mereka si atas satu kertas, dan simpan dalam
dompet supaya senang dibawa kemana-mana. Lihat. Nescaya sampai satu ketika,
kertas itu akan dilupakan kewujudannya.Bila diingati semula nanti, hati mungkin
akan terusik dek kenangan. Kenangan tentang airmata yang pernah tumpah, tentang
senyum yang pernah terukir, tentang cinta yang pernah ada.Bila diingat semula
nanti, kertas itu sudah menjadi rapuh, kekuningan, hampur koyak, dan hati kita
tak akan lagi berfikir tentang isinya. Cuma yang harus kita fikirkan – apa
kesannya untuk perjalanan hidup kita? Untuk Dunia dan Akhirat kita? Sedikit
sekali. Atau mungkin memang tiada…
Resam
air.
Di
dunia, air bersifat lembut dan menyenangkan. Bila ia mengena tubuh kita, saat
kita bangun dari lena dan bersuci, ternyata ia melegakan. Tubuh jadi segar dan
hati jadi bersemangat untuk memulakan hidup yang baru.Di dunia juga, bila kita
diuji dengan kesedihan, kita seperti seorang yang terjaga dari tidur. Tubuh
yang tidak bermaya, semangat yang pudar, seakan dikejut oleh luahan airmata.
Terasa lega bila dapat melepaskan sesuatu yang terpendam tanpa perlu
berkata-kata.Ada orang mengambil semangat dari airmata. Fitrah.Tidakkan
Rasulullah saw mengalirkan airmata di saat kematian kematian anak, isteri, dan
bapa saudara Baginda? Fitrah.Manusia diciptakan lemah dan pelupa, jadi kita
selalu berdosa. Atas dasar ini, para ulama tidak malu untuk hidup dengan
airmata. Airmata yang mengalir kena pada tempat, tepat pada ayat, lantas
membuatkan mereka kuat.Kita bukan Nabi untuk jadi manusia sempurna. Kita tidak
terpelihara dari dosa. Kita tak kuat untuk mengaku begitu tabah dan ego untuk
tidak menangis. Kita hanya pendatang biasa yang singgah sebentar di Dunia.
Dalam perjalanan ini, kita mungkin bertem dengan pelbagai ragam. Akan ada rasa
sayang di setiap tempat yang kita ukirkan. Pada beberapa benda yang berharga
menurut pandangan kita, kita akan tumpahkan cinta padanya.antara benda berharga
itu adalah manusia.Klau dilihat dari sudut dunia, semakin kita beri semakin
kita akan kekurangan. Seperti gelas yang diminum airnya, ruang-ruang kosong di
dalam gelas itu juga akan kurang. Sebelum kita menumpahkan air mata, fikirkan
apa urusan kita – Dunia dan Akhirat.Adakah di Akhirat, ia akan kekal dengan
sifat airnya yang tenang dan memadamkan? Mampukah air mata tadi memadamkan
api-api neraka jika ia bukan tumpah untuknya? Air hanya berguna jika disimbah
untuk memadamkan api.Bukan di semua tempat air memadam dan menenangkan. Ada
ketika, air tidak boleh memadamkan bahkan api semakin lahap dan lahab
(menjulang). Orang yang terluka dan cedera juga tak boleh terkena air.Syariat
memahami. Lalu memberi kelonggaran untuk menggunakan debu sebagai ganti. Dari
sudut mana debu itu nampak bersih, apatahlagi membersihkan? Jauh lagi
menghembuskan ketenangan. Lalu untuk apa?
Hikmah Yang Tersirat.
Sepertimana
kita tak tahu hakikat debu itu sehingga boleh menggantikan air, kita juga
takkan tahu banyak benda. Kita bahkan tak ada kekuatan untuk memahami keperluan
diri. Lalu bila Allah sempurnakan sesuatu untuk kita, tak perlu kita membantah.Mungkin
antara hikmahnya, Allah swt ingin kita jadi seorang hamba yang mengaku hamba.
Bila disuruh buat, kita mesti taat! Ketahui, dan percaya bahawa kehidupan ini
urusan Allah swt.Perpisahan ini, walau menyedihkan, walau menumpahkan air mata,
sama-sama kita berpesan. Jangan sampai kita jadi seperti si jahil yang cuba
mempersoal;
No comments:
Post a Comment