Thursday, 26 December 2013

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang.. MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. Entah bagaimana..dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri..dan menyadari..bahwa penyesalan tidak seharusnya ada..HANYALAH penghargaan abadi yang ada atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah engkau buat..

Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati..dibandingkan menangis tersedu-sedu. Air mata yang keluar dapat dihapus..sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang..CINTA?
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya. Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum kepadanya sambil berkata ‘Aku turut berbahagia karena Kau bahagia`..
Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang. Tapi, ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia..dapat mencintai seseorang..LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri..
MENCINTAI..Bukanlah bagaimana kamu melupakan..melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN. Bukanlah dimana kamu saling menguasai, melainkan dimana kamu saling BERBAGI. Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan..melainkan bagaimana kamu MENGERTI. Bukanlah apa yang kamu lihat..melainkan apa yang kamu RASAKAN..Bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu MENGIKHLASKAN.
Apabila cinta tidak berhasil..BEBASKAN dirimu.. Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI. Ingatlah.. bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati bersamanya.
Akan tiba saatnnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang, BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita. MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita lepaskan..
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan..Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan… Tapi ingatlah..melepaskan BUKAN akhir dari dunia..melainkan awal dari suatu kehidupan…
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari..dan mereka yang telah mencoba..Karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka..
Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hati tapi kadang kala teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari..

9 Tips Untuk Hidup Lebih Bahagia

1. Jangan Takut dan Khawatir
    Perasaan takut dan khawatir merupakan pikiran kita yang paling tidak produktif. Sebagian besar hal-hal yang kita khawatirkan atau takutkan tidak pernah terjadi. Jadi untuk apa kita khawatir dan takut?
2. Jangan Pernah Menyimpan Dendam
    Dendam adalah hal terbesar dan akan menjadi beban terberat jika kita menyimpannya di dalam hati. Maukah anda membawanya sepanjang hidup? …. Saya rasa tidak. Jangan sia-siakan energi kita dengan menyimpan dendam, sudah pasti tidak ada gunanya. Gunakanlah energi kita tersebut untuk hal-hal yang positif.
3. Fokus Pada Satu Masalah
    Jika kita memiliki beberapa masalah, selesaikanlah masalah kita satu per satu. Jangan terpikirkan untuk menyelesaikan masalah secara sekaligus karena justru akan membuat kita semakin stress.
4. Jangan Membawa Tidur Masalah Anda
    Masalah adalah hal yang sangat buruk untuk kesehatan tidur kita. Pikiran bawah sadar kita adalah hal yang luar biasa yang dapat membuat kita gelisah dan tidur kita menjadi tidak nyenyak.
5. Jangan Mengambil Masalah Orang Lain Untuk Anda Selesaikan
    Membantu orang lain yang sedang dalam masalah adalah hal yang mulia, tetapi jika kita mengambil porsi terbesar untuk menyelesaikan masalah orang lain tersebut justru itulah kesalahan terbesar. Biarkanlah orang tersebut yang menyelesaikan masalahnya sendiri dengan porsi terbesar.
6. Jangan Hidup di Masa Lalu
    Mungkin terasa nyaman bagi kita mengingat hal-hal yang menyenangkan di masa lalu tetapi jangan anda terlena didalamnya. Konsentrasilah dengan apa yang terjadi saat ini, karena kita pun akan bisa merasakan banyak kebahagiaan di saat ini. Saya yakin kita akan mempunyai perasaan yang jauh lebih berbahagia jika kita merayakan apa yang terjadi saat ini dibanding dengan mengingat-ngingat kebahagiaan di masa lalu.
7. Jadilah Pendengar yang Baik
    Mungkin sebagian besar orang termasuk saya :) susah untuk menjadi pendengar yang baik. Justru sebaliknya kita mengharapkan orang lain yang mendengarkan omongan kita, tetapi sebetulnya dengan belajar mendengarkan orang lain, kita akan mendapatkan banyak hal baru yang dapat sangat berguna bagi kebahagiaan hidup kita.
8. Jangan Biarkan Frustasi Mengatur dan Bahkan Mengacaukan Hidup Anda
    Kasihanilah diri kita lebih dari apa pun, maksud saya adalah janganlah kita menyerah pada frustasi. Maju terus. Ambillah tindakan-tindakan positif dan lakukanlah dengan konsisten.
9. Bersyukurlah Selalu
    Bersyukur dan berterimakasihlah atas semua yang kita dapatkan, bukan hanya hal yang positif saja tetapi juga hal yang negatif, karena saya percaya dibalik setiap hal yang negatif tersebut ada hal baik yang bisa kita pelajari.

Wednesday, 25 December 2013

Usolli..

Firman Allah taala:

Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman, Iaitu mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya;

al-Mu’minun (ayat 1-2)

Apabila diteliti secara halusnya, keikhlasan kita untuk solat adalah sangat kurang sekali. Apa tidaknya, kita begitu cuai dengan rukun Islam ini. Wujudkah suatu roh dalam solat yang telah kita lakukan? Atau hati kita masih lagi berkeliaran ke sana dan ke mari  ketika jasad kita melakukan solat?

Rasulullah s.a.w pernah bersabda: “Solatlah kamu sebagai mana aku solat”.

Perintah ini begitu ringkas tetapi mengandungi maksud yang amat mendalam… Jika diperhatikan, suruhan solat itu adalah umum, merangkumi bagaimana nabi solat, bila perlu untuk solat, siapa yang wajib solat, di mana perlu solat, apa persediaan untuk solat dan kenapa kita perlu solat.

Umumnya semua yang terpelajar dan insya Allah kita adalah terpelajar, memahami bahawa solat mempunyai cara-cara yang tersendiri walaupun dikalangan kita masih ramai lagi yang melengah-lengahkan waktu untuk solat. Hina sangatkah suruhan solat itu pada kita. Atau solat ini merupakan adat turun temurun yang dilakukan secara terpaksa. Allah taala tidak berkehendak sembahan dari manusia. Kuasa Allah taala tidak berkurang sedikit pun jika semua manusia melanggar segala perintahNya, malah kuasa Allah juga tidak bertambah pun sekiranya semua manusia taat dan patuh pada Allah.

Kerana Allah taala bersifat Maha Sempurna dan tiada permulaan dan juga tiada kesudahan.

Atau kita masih ragu-ragu kepada kewujudan suatu kuasa memerintah iaitu Tuhan semesta alam? Dan kita lebih cenderung kepada fahaman yang dibawa oleh Darwin iaitu alam semesta ini kekal dan terus kekal selama-lamanya. Tapi maaf untuk saudara yang mempunyai kecenderungan pemikiran yang sebegitu… kerana ilmu sains moden kini pun telah membuktikan wujudnya suatu campur tangan yang maha hebat dalam setiap kejadian dari sekecil-kecil kejadian seperti DNA kepada sebesar-besar kejadian seperti alam cakerawala yang begitu unik sekali dan membingungkan para saintis sekarang ini. Mustahil tiada campur tangan kuasa yang Maha Hebat dalam hal ini.

Apa lagi campur tangan tersebut kalau tidak Tuhan Yang Maha Berkuasa iaitu Allah taala.

Jadi solatlah kita semua dengan memahami erti dan makna setiap patah perkataan yang disebut secara tenang tanpa tergopoh-gapah ketika solat, membenarkan dan mengalu-alukan kedatangan hati ketika solat untuk mendapat ganjaran khusyuk, dan membuat persediaan yang sebaik mungkin walaupun secara berperingkat untuk mendalami ilmu fekah atau tatacara solat itu sendiri. Lakukan dengan ilmu kerana amal tanpa ilmu adalah sesat. Walau bagaimanapun, kesalahan yang tidak sengaja akibat belum mempunyai ilmu tentang hal tersebut masih diampunkan dengan syarat kita masih lagi ‘seorang pelajar’ yang setiasa mencari dan mendalami ilmu untuk membaiki setiap kelemahan yang ada dalam diri kita, insya Allah.

Wallaahu’alam.

Haluanku..

PETUNJUK SEPANJANG JALAN
Umat manusia sekarang ini berada di tepi jurang kehancuran. Keadaan ini bukanlah berpunca dari ancaman maut yang sedang tergantung di atas ubun-ubunnya. Ancaman maut itu adalah satu gejala penyakit sahaja dan bukanlah ia penyakit itu sendiri. Sebenarnya punca utama dari keadaan ini ialah bengkrap dan melesetnya umat manusia itu di bidang “nilai” yang menjadi pelindung hidupnya. Hal ini terlalu menonjol di negara-negara blok Barat yang sememangnya sudah tidak punya apa pun “Nilai” yang dapat diberinya kepada umat manusia; malah tidak punya satu apa pun yang dapat memberi ketenangan hatinya sendiri, untuk merasa perlu hidup lebih lama lagi; setelah sistem “demokrasi” nampaknya berakhir dengan kegagalan dan kebengkrapan, sebab ternyata ia sudah mulai meniru – dengan secara beransur-ansur – dari sistem negara-negara blok Timur, khususnya di bidang ekonomi, dengan memakai nama sosialisme!
Demikian juga halnya di negara-negara blok Timur itu sendiri. Teori-teori yang bercorak kolektif, terutamanya Marxisme yang telah berhasil menarik perhatian sebahagian besar umat manusia di negara-negara blok Timur itu – dan malah di negara-negara blok Barat juga – dengan sifatnya sebagai suatu isme yang memakai cap akidah juga telah mulai mundur teratur sekali dari segi ‘teori’ hingga hampirlah sekarang ini lingkungannya terbatas di dalam soal-soal ‘sistem kenegaraan’ sahaja dan sudah menyeleweng begitu jauh dari dasar isme yang asal dasar-dasar pokok yang pada umumnya bertentangan dengan fitrah umat manusia dan tidak mungkin berkembang kecuali di dalam masyarakat yang mundur, atau pun masyarakat yang begitu lama menderita di bawah tekanan sistem pemerintahan diktator. Hatta di dalam masyarakat seperti itu sendiri pun – telah mulai nampak kegagalan di bidang benda dan ekonomi; iaitu bidang yang paling dibanggakan oleh sistem itu sendiri. Lihat sahaja Russia, negara model dari sistem kolektif itu, telah mulai diancam bahaya kebuluran yang hampir sama dengan keadaan di zaman Tzar dahulu; hingga negara itu telah terpaksa mengimpot gandum dan bahan-bahan makanan serta menjual emas simpanannya untuk membeli bahan makanan itu. Ini berpunca daripada kegagalan sistem pertanian kolektif dan sistem ekonomi yang bertentangan dengan fitrah umat manusia.
Oleh itu, maka umat manusia mestilah diberikan pimpinan baru! Sesungguhnya peranan pimpinan manusia barat ke atas umat manusia ini telah hampir tamat. Ini bukanlah kerana tamaddun Barat itu telah bankrap dan dari segi benda atau telah lemah dari segi ekonomi dan kekuatan tentera tetapi sebenarnya kerana sistem Barat itu telah tamat tempohnya sebab ia tidak lagi mempunyai stok “nilai” yang melayakkan dia memegang pimpinan. Umat manusia perlukan suatu pimpinan yang mampu menyambung terus tamadun kebendaan seperti yang telah dapat dicapai sekarang melalui tamadun cara Eropah itu, juga yang mampu memberikan nilai baru yang lengkap, setanding dengan yang telah sedia ada dan telah popular di dalam masyarakat manusia, juga yang mempunyai program yang kemas kini, positif dan praktikal.
Hanya Islam sahajalah yang mempunyai nilai-nilai dan program yang sangat diperlukan itu. Kemajuan ilmu pengetahuan telah pun menunaikan tugasnya. Sejak dari zaman kebangkitan di dalam abad keenam belas Masihi dan telah mencapai puncak kemajuannya di dalam abad ke lapan belas dan abad kesembilan belas. Sesudah itu tamadun Eropah sudah kehabisan bahan simpanan, untuk disumbangkan kepada umat manusia. Demikian juga faham-faham “kebangsaan” dan “perkauman” yang telah muncul pada ketika itu, dan beberapa buah negara gabungan telah lahir dan telah memberikan sumbangannya masing-masing kepada umat manusia tapi fahaman-fahaman “kebangsaan” dan “perkauman” itu sudah tidak mampu memberikan apa-apa pun kepada umat manusia, kerana sudah kehabisan bahan simpanan…
Pada akhirnya sistem-sistem yang berdasarkan kebebasan individu dengan disusuli pula oleh sistem kolektif telah selesai peranannya dan berakhir dengan kegagalan juga. Sekarang tibalah pula giliran ISLAM dan peranan “umat” pada saat yang paling genting ini memang sudah tiba giliran Islam pula. Islam yang tidak memandang remeh dan rendah kepada hasil ciptaan sains yang dilakukan oleh umat manusia sebelum ini dan akan terus dilakukan oleh umat manusia di sepanjang zaman kerana Islam memandang kemajuan di bidang ciptaan sains itu sebagai salah satu tugas utama manusia sejak Allah melantik umat manusia ini menjadi “khalifah” dan pemerintah di bumi ini, dan di bawah syarat-syarat tertentu pula, Islam memandangnya sebagai sejenis ibadat kepada Allah, dan sebagai sejenis pelaksanaan tujuan hidup manusia:
Maksudnya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah di muka bumi. “
(Al-Baqarah: 30)
Maksudnya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(Adz-Dzariat: 5)
Ruj: Petunjuk Sepanjang Jalan; Syed Qutb

Soal Hati

Hati orang mukmin ialah hati yang sihat dan ceria. Manakala hati orang yang fasiq (berdosa) ialah hati yang sakit dan resah.  Dosa itu akan mengundang gelisah dalam jiwa.
Rasulullullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Dosa itu sesuatu yang mendatangkan rasa resah dalam hatimu.”
Dosa ialah “virus” yang menyebabkan hati sakit.  Hati yang sakit mudah dikuasai oleh hawa nafsu yang ditunggangi oleh syaitan.  Apabila “raja” (hati) dalam kerajaan diri sakit, ia akan turun dari takhtanya, dan naiklah “penjahat” (nafsu) sebagai penguasa yang baru yang akan sentiasa mengajak diri kepada kejahatan.
Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Sesungguhnya hawa nafsu itu akan sentiasa mengajak kepada kejahatan” (Surah Yusuf 12:53).
VIRUS DOSA
Seumpama penyakit lahir yang ada virus atau bakteria yang menjadi penyebabnya, maka begitu jugalah penyakit hati.  Ada virusnya yang tersendiri.  Sekali lagi ditegaskan bahawa virus penyakit hati ialah dosa.
“Virus” dosa akan menyerang dan “menyakitkan” hati tidak secara mendadak.  Ia akan merosakkan hati secara perlahan lahan dan berperingkat peringkat.  Kejahatan itu bukan satu kebetulan.  Ia satu kebiasaan yang terbentuk secara perlahan lahan, tahap demi tahap.
—————————–
ADA EMPAT TAHAP VIRUS DOSA MEROSAKKAN HATI MANUSIA
1.     Rasa Bersalah Dengan Dosa
Pertama kali berbuat dosa, hati akan diburu rasa bersalah.  Jiwa resah kerana diri menentang fitrah.  Fitrah semulajadi manusia adalah baik (sewaktu di alam roh dan mula mula dilahirkan ke muka bumi ini).
Jadi apabila fitrah ini dikotori, manusia seolah olah menentang hati kecilnya sendiri.
Atas dasar pakar psikologi mengaku bahawa setiap kali melakukan kesalahan atau dosa, manusia akan diserang rasa “guilty conscience” – rasa bersalah.  Kesalnya bukan main.  Sesalnya sungguh merimaskan.  Rasa bersalah itu memang menyeksakan, sebab apabila berdosa manusa seolah olah berperang dengan dirinya sendiri.
2.     Rasa Biasa Dengan Dosa
Namun rasa berdosa itu tidak lama, Jika dosa yang sama itu dibuat kali kedua, ketiga dan seterusnya, rasa bersalah itu akan hilang sedikit demi sedikit. Lalu akhirnya, hati itu telah terbiasa dengan dosa.  Rasa bersalah tidak akan datang lagi.  Ia sirna dimamah oleh kebiasaan membuat dosa yang berulang-ulang.  Jika dulu ada air mata yang mengalir kerana kekesalan dan penyesalan tapi ditahap kedua ini, tiada air mata lagi.  Alah bisa tegal biasa.  Hati telah tega dan rela untuk berdosa dan terus berdosa
3.     Rasa Seronok Dengan Dosa
Dosa itu “racun” yang disalut kemanisan dan keindahan.  Dosa yang dilazimkan tidak akan terhenti kesannya pada hati.  Dari tahap terbiasa dengan dosa, “penyakit” hati akan meningkat setahap lagi, yakni pada tahap ketiga: Seronok dan rasa indah dengan dosa.
Pada tahap ini, diri manusia itu sentiasa mengintai peluang dan ruang untuk melakukan dosa.  Rasa ketagih dengan maksiat, rasa gian dengan kemungkaran, menghantui hati.  Racun dosa akan bertukar menjadi nikmat. Tiada lagi rasa bersalah.  Bagi dosa yang terbiasa ini menjelma menjadi fatamorgana nikmat yang berkubu kukuh didalam hati.
4.     Jadi Pembela Kepada Dosa
Nafsu tidak pernah puas.  Kehendaknya tiada batas.  Syaitan pula ialah musuh yang tidak pernah tidur.  Usahanya tidak pernah kendur.  Lalu apabila syaitan meluncur laju di “lebuh raya” nafsu dengan “kenderaan” sifat sifat mazmumah, hati yang seronok dengan dosa itu dirasuk untuk “maju” setapak lagi.  Itulah tahap keempat yang lebih dahsyat dan tenat.  Keseronokan dosa itu menyebabkan pelakunya menjadi pembela dan pejuangnya.
Pada tahap yang kronik ini, dosa akan dipromosi dan dihiasi oleh si “toxic people” ini sebagai sesuatu yang indah, seronok, dan menguntungkan.  Jangan ada pembela agama yang bercakap tentang akhirat dan kiamat, pejuang dosa itu pun bangun menentangnya dengan seluruh upaya dan kudrat.
Awas!! Hati yang sakit lama kelamaan akan menjadi buta.  Hati yang semacam ini sangat keras kerana mazmumah.  Sudah semakin membarah menjadi syirik, kafir dan munafik.
Allah swt berfirman yang bermaksud: “Dan sesiapa di dunia ini buta hatinya maka diakhirat nanti juga akan buta, dan lebih sesat lagi jalannya” (Surah al-Isra’ 17:72)
————————
BAGAIMANA MENGESAN PENYAKIT HATI
Bagaimana merawat hati yang sakit sebelum menjadi parah? Mula mula kita perlu menyedari bahawa hati itu bolak balik sifatnya.  Rasullullah SAW menjelaskan hati itu bagaikan kuah yang sedang mendidih atau menggelegak.  Simpang siur dan turun naiknya begitu unik.  Kekadang ia sihat dan baik  bagaikan fitrah asalnya.  Namun sesekali bertukar menjadi kelam, kusam, hitam bagaikan lakaran syaitan yang memantulkan kejahatan.
Bagaimana caranya untuk mengesan samada hati kita sihat atau sakit?  Sekali lagi Syeikh Ibn Ata’illah memberikan panduan menerusi kata katanya:
“Sebahagian daripada tandanya matinya hati, iaitu jika tidak berasa sedih kerana tertinggalnya suatu amalan kebaikan, juga tidak menyesal jika buat sesuatu perlanggaran dosa”.
Beliau menegaskan lagi bahawa kata kata itu bersandarkan sabda Rasullullah SAW yang bermaksud:
“Sesiapa yang berasa senang oleh amal kebaikannya dan merasa sedih atau menyesal atas perbuatan dosanya, maka dia seorang Mukmin (beriman)” (Riwayat al-Tabarani).
Kalau badan kita sakit, kita tidak berselera untuk makan sekalipun dihidangkan makanan yang enak.  Mana mungkin kita makan, hidung yang tersumbat, lidah yang pahit yakni ketika deria pandang, bau dan rasa  kita telah “tercabut”.
Begitu juga dengan hati yang sakit menolak segala “makanan Rohani” yang enak dan lazat seperti solat, zikrullah, membaca al-Quran, doa dan lain lain.  Apabila solat tidak lazat, bukan ertinya solat itu yang tidak lazat tetapi kerana hati kita sakit.  Apabila membaca al-Quran tidak manis, bukan beerti al-Quran itu pahit tetapi hati kita yang sakit.
JALAN MUJAHADAH
Hati yang sakit wajib dirawat.  Jika sakit lahiriah menyeksa kita didunia dan paling buruk akan berakhir dengan kematian, sakit bathiniah (hati) menyebabkan kita terseksa di dunia dan menderita selama lamanya diakhirat.  Tidak ada Jalan lain untuk merawat hati kecuali dengan Jalan mujahadah (bersungguh sungguh menempuh Jalan ketaatan).
Ubat selalunya pahit, maka begitulah dengan mujahadah, ia sangat pahit, perit dan menyeksa.  “No pain, no gain”.
Itulah hukumnya.  Mujahadah itu pahit, kerana syurga itu manis.  Jadi tidak ada Jalan pintas untuk merawat hati melainkan dengan bermujahadah.  Orang yang bersungguh sungguh dalam mujahadah akan mendapat pimpinan Alalh SWT, insya-Allah.
Mafhum Firman Allah SWT: “Dan sesiapa yang bersungguh sunguh di Jalan Kami nescaya Kami akan tunjukkan Jalan Jalan Kami.”. (Surah al-Ankabut 29:69)
Untuk mendapat dorongan dan kekuatan dalam bermujahadah, renungilah panduan panduan yang diberikan oleh Al-Quran dan sunah mengenai soal hati.  Ikutilah nasihat para ulama yang merupakan “doktor-doktor” Rohani yang arif dalam soal yang seni dan maknawi ini.  Mereka yang celik mata hati ini mempunyai “stetoskop” yang dapat mengesan penyakit hati dan mengubatinya.
Sehubungan dengan itu, imam Al-Ghazali memberi panduan :
“Carilah hatimu pada tiga tempat.  Cari hatimu ketika bangun membaca Al-Quran.  JIka kau tidak temui, cari hatimu ketika mengerjakan solat.  Jika kau tidak temui, cari hatimu ketika duduk tafakur meningati mati.  Jika kau tidak temui juga, maka berdoalah kepada Allah SWT, pinta hati yang baru kerana hakikatnya pada ketika itu kau tidak mempunyai hati.”
———————————————–
MARI KITA PERINCIKAN TIGA KAEDAH INI:
1.     Membaca Al-Quran
Sudah semestinya hati terganggu oleh kerenah kerenah manusia atau gelombang kehidupan.  Namun lazimilah mencapai Al-Quran dan membacanya.  Bacalah ayat-ayat Allah itu, kerana ia pasti akan menjana kekuatan jiwa untuk menghadapi badai kehidupan.  Itulah penawar jiwa, ubat kepada hati.
Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Diturunkan kepadamu Al-Quran sebagai petunjuk dan Rahmat serta penawar..” (Surah al-Isra’ 17:82)
Jiwa yang tidak membaca al-Quran umpama telefon bimbit yang kehabisan bateri.  Betapa canggih sekalipun fungsinya dan betapa mahal sekalipun harganya, ia tetap tidak berguna jika kehabisan bateri.  Begitulah jiwa yang mati, betapa segak, Cantik, bertenaga dan anggun sekalipun jasad luaran seseorang, tanpa Al-Quran segalanya tidak bermakna.
Orang yang “berjaya” tetapi meninggalkan Al-Quran dalam hidup umpama mendaki puncak hanya untuk meninggikan lagi tempat jatuh.  Ibarat memburu fatamorgana dunia, hanya untuk ditipu olehnya.
Firman Allah SWT yang bermaksud: “Tiadalah kehidupan dunia melainkan mata benda yang menipu” (Surah Ali Imran 3:185)
Bagi mereka kehidupan adalah sempit.  Firman Allah SWT yang bermaksud: “ Dan sesiapa yang dikehendaki-Nya  menjadi sesat.  Dia (Allah) jadikan dadanya sempit dan sesak seolah olah dia sedang mendaki ke langit..” (Surah al-An’am 6:125)
Buat mereka ini dijanjikan kesibukan yang tanpa henti kelesuan yang tiada berpenghujung, kejemuan yang sentiasa mencengkam, kebimbangan tanpa kesudahan.
2.     Mendirikan Solat
Selain membaca Al-Quran, rawatlah hati dengan solat.  Berkata seorang ulama bernama al-Hakim:
“Jika kamu ingin Allah ‘bercakap’ denganmu, bacalah Al-Quran kerana Al-Quran ialah ayat ayat Allah yang ditujukan kepadamu.  Tetapi jika kamu pula ingin ‘bercakap’ dengan Allah, maka dirikanlah solat kerana solat hakikatnya ialah doa, pengaduan, pujian dan rintihan seorang hamba kepada Allah”.
Hati yang lemah akan mendapat semula kekuatannya apabila bersandar kepada satu kuasa Yang Maha Perkasa.  Sebagai perbandingan, pakar pakar psikologi sering menyarankan supaya kita meluahkan masalah yang membebankan kepada orang yang kita sayangi, percayai atau hormati.  Langkah itu akan meredakan beban rasa yang mencengkam jiwa.
Ini dibuktikan secara saintifik.  Kajian menunjukkan manusia perlu didengar kata-kata dan rintihannya seperti ia memerlukan makanan.  Kata mereka, bila didengar ini akan melegakan perasaan rasa resah yang ditanggung.  Bijak pandai ada mengungkapkan “The first duty of love is to hear”- tugas cinta yang pertama ialah mendengar.
Ya, sekiranya kita meluahkan rasa hati kepada manusia itu pun sudah melegakan.  Apa lagi jika kita solat, ini beerti kepada Zat yang mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapi oleh hamba-Nya.
Bukankah antara satu nama Allah SWT ialah Al-Sami’ (Maha Mendengar)? Allah sentiasa mendengar rintihan dan permintaan hamba-Nya.  Apabila kita rasa Allah mendengar segala pengaduan kita, sudah pasti jiwa kita akan mendapat satu ketenangan dan kerehatan.
Sebab itu, seringkali Rasullullah SAW bersabda kepada Saiyidina Bilal ( apabila Baginda menyuruhnya melaungkan azan), “Rehatkan kami dengan solat wahai Bilal”.
Itulah ketenangan hati yang dimaksudkan oleh Imam al-Ghazali dengan anjurannya, “Carilah hatimu dalam solat!”.
3.     Mengingati Mati
Rawatlah hati dengan mengingati mati.  Hati yang mengingati mati akan hidup, yang melupakan mati akan mati.  Hiduplah dengan semangat orang yang bersedia untuk mati.
Sabda Baginda SAW: “ Orang yang paling cerdik iaitu mereka yang banyak mengingati mati” (Riwayat al-Baihaqi).
Jadilah insan yang bijaksana sepertimana yang dimaksudkan oleh Rasullullah SAW, yakni mereka yang sentiasa mengingati mati dan bersedia untuk menghadapinya.  Impak daripada mengingati mati, para sahabat Rasulullah SAW hidup bahagia, tenang dan aman disamping dunia ditadbir dan diurus dengan cekap dan berkesan.
Ingat mati ialah pembasuh hati yang gelisah dan resah.  Cukuplah mati sebagai peringatan dan pengajaran.  Ingat mati akan memadamkan rasa nikmat melakukan maksiat.  Ingat mati itu sesungguhnya akan memberi satu tenaga yang begitu ampuh untuk menjalani kehidupan dengan jiwa yang kukuh.
Persediaan menghadapi mati menyebabkan ktia lebih produktif dan aktif dalam hidup! Sebaliknya melupakan mati akan mematikan hati.
sumber: Majalah Solusi Isu 4; antara majalah yang penuh dengan perkongsian ilmu.

Kerana Manisnya Madu

Malam tadi, telah diceritakan oleh seorang jemaah kepada saya, tentang suatu kisah yang luar biasa sentuhannya.
Suatu hari, ditakdirkan seorang lelaki dikejar oleh seekor singa lapar. Dengan tenaga seorang pemuda, ia melarikan diri hingga terjumpa sebuah telaga buta. Nasibnya agak baik, kerana terdapat satu tali pada telaga tersebut. Ia menggunakan tali tersebut menuruni telaga buta itu.
Tidak semudah itu, belum pun sampai ia ke bawah telaga buta, ternampak ia akan beberapa ekor ular berbisa sedang menantinya. Terpaku ia di situ.
Belum pun habis musibah tadi, hadir seekor tikus putih dan seekor tikus hitam. Kedua-duanya menggigit tali tersebut perlahan-lahan. Siapa sahaja yang berada pada keadaan tersebut pasti keluh resah. Terlalu hebat dugaan tersebut.  Beberapa ketika kemudiannya, hadir sekumpulan lebah berterbangan ke arahnya.
Secara kebetulan, setitik madu daripada lebah-lebah tadi jatuh dan termasuk ke dalam mulutnya. Kerana manisnya madu, ia telah terlalai daripada kebimbangannya pada singa dan ular-ular tadi.
____
Sebenarnya, kiasan kepada singa tadi adalah malaikat maut yang tidak terleka untuk mengambil nyawa kita. Dan ular-ular tadi adalah azab seksa Allah pada sesiapa yang bersalah.
Pada tali tersebut, ia dikiaskan kepada masa hidup di dunia ini yang pasti ada kesudahannya. Manakala tikus putih dan tikus hitam itu adalah perjalanan siang dan malam.
Namun, kerana enaknya kebahagiaan dunia ini, yang dikiaskan dengan hanya setitik madu, kita sering terlupa segala yang bakal kita lalui.

Islamkah Aku

Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan
secara hobi malah ia juga bukan penggabungan secara zahir sahaja.
Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan
ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran
Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan
dengan penuh kerelaan.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala:

Dia menamakan kamu: Orang-orang Islam semenjak dahulu dan
di dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi
saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu dan supaya kamu
pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada
umat manusia (tentang yang benar dan yang salah).

(Surah Al-Hajj 22: Ayat 78).

Berpegang dengan akidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama
bagi seseorang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai
cara hidupnya. Pegangan tersebut mestilah selari dengan apa yang terkandung
di dalam Kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasulullah s.a.w. Ia mestilah
beriman dengan apa yang telah diimani oleh orang-orang Islam terdahulu yang
terdiri dari angkatan Salafus-Saleh serta para Imam penyampai agama ini yang
telah diakui kebaikan, kebaktian serta ketakwaan mereka. Mereka ini
mempunyai kefahaman yang mendalam lagi bersih dalam urusan agama.

Ibadah di dalam Islam merupakan kemuncak bagi sifat kepatuhan dan
kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah kemuncak betapa ia merasai
keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara
si hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga memberi kesan yang mendalam di
dalam perhubungan manusia dengan makhluk lainnya. Begitu juga dengan
ibadah-ibadah dalam rukun Islam seperti sembahyang, puasa, zakat dan haji
serta amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk mendapat keredaan Ilahi
dan dalam mengamalkan Syariat-Nya adalah termasuk dalam pengertian
‘ibadah. Bertitik tolak dari pengertian inilah Islam menetapkan supaya seluruh
hidup manusia dipelihara agar menjadi ‘ibadah dan taat kepada Allah s.w.t
seperti yang dinyatakan oleh Allah:

Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. Aku tidak sekali-kali
menghendaki sebarang rezeki pemberian dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya
Allah Dialah sahaja Yang Memberi rezeki (kepada sekalian makhlukNya,
dan Dialah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi
Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya.

(Surah Al-Zariyat 51: Ayat 56-58 )

Kemuliaan akhlak adalah matlamat utama bagi ajaran Islam sebagaimana
yang ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w tentang tujuan pengutusan baginda:
Yang bermaksud: “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak”.

1. Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat.
2. Memelihara pandangan.
3. Memelihara lidah.
4. Bersifat pemalu.
5. Sersifat lemah-lembut.
6. Bersifat benar.
7. Bersifat tawaduk.
8. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat.
9. Bermurah hati.


Sebenarnya apabila saya telah menganut agama Islam, saya wajib menjadi
seorang pendukung risalah ini di dalam kehidupan bahkan saya wajib
menjadikan seluruh kehidupan saya mematuhi segala arahan risalah ini.
Maka apabila anutan saya terhadap Islam mewajibkan saya menjadi
Muslim di dalam sudut kejiwaan, akidah, ibadah dan akhlak maka kewajipan
yang sama juga menuntut saya berusaha menjadikan masyarakat yang saya
hidup di dalamnya sebagai masyakat muslim.

Adalah tidak memadai dengan saya menjadi muslim seorang diri sahaja
sedangkan orang-orang di sekeliling saya tidak dihiraukan, kerana antara
kesan-kesan dari seruan Islam dan kemesraannya di dalam jiwa manusia (jika ia
telah benar-benar beriman) ialah ia merasai tanggungjawabnya terhadap orang
lain dengan mengajak dan menasihati mereka dengan Islam serta ghairah
mengambil berat ke atas mereka sebagai realisasi dari amaran Rasulullah:

“Barang siapa yang tidur nyenyak dan tidak mengambil peduli urusan umat
Islam maka ia bukan dari golongan mereka”.

(Hadith riwayat al- Baihaqi dalam “Shuab al-Iman”, at-Tabari, Abu Nua’im
dalam “Hilyah” dan al- Hakim.)

Bertitik tolak dari sinilah menyusulnya satu tanggungjawab ke atas saya,
iaitu tanggungjawab menegakkan masyarakat Islam dan tanggungjawab
menyampaikan Islam kepada masyarakat.

Di dalam kehidupan ini insan bertarung dengan dirinya sendiri. Adakalanya ia
menang dan adakalahnya ia kecundang atau ia tetap dalam pertarungan yang
berterusan. Sememangnya pertarungan ini berterusan sehinggalah ajal maut
menjemputnya.

Firman Allah:

Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan
kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya
(untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang
membawanya kepada bertakwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang
menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan
iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan
dirinya yang sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan
sebab kekotoran maksiat).

(Surah Asy-Syams 91: Ayat 7-10)

Keimanan saya dengan Islam sepatutnya sampai ke peringkat meyakini bahawa
masa depan kelak ialah milik Islam. Justeru itu Islamlah yang paling ampuh dan
mampu untuk menyusun urusan hidup dan memimpin manusia. Agama Islam
adalah satu-satunya manhaj atau cara hidup yang selaras dengan kehendak
fitrah manusia. Ia dapat mengimbangkan tuntutan lahiriah dan rohaniah insan.
Ruj: Apa Ertinya Saya Menganut Islam; Fathi Yakan